SEKAPUR SIRIH
Bekerja dari pagi sampai petang di kantor? Itu sudah kuno, karena sekarang banyak orang yang mengerjakan bisnis cukup dari rumah tanpa harus repot-repot menembus kemacetan lalu lintas ke kantor. Cukup dengan seperangkat komputer, secangkir kopi dan segudang keahlian, Anda bisa menjadi juragan tanpa kantor.
: : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : :

Bisnis Rumahan

Gemericik Bisnis Air terjun Mini

Diposting oleh Agustaman | 13.27 | 0 komentar »

(Tulisan ini pernah saya tulis di majalah DUIT! edisi 03/Februari 2008)

Bersama sang suami, Rita Aprianti mewujudkan ide landscape mini air terjun dalam gentong yang mudah dipindah-pindah. Kreasinya sudah mendapatkan penghargaan dan melanglang buana ke mancanegara

Mendengarkan suara gemericik air terjun di dalam rumah atau ruangan kantor, boleh jadi kita akan terbuai dengan suasana alam yang membuat batin tenang. Bahkan, untuk mendapatkan suasana seperti air terjun aslinya, beberapa orang membuat air terjun buatan di rumah atau kantornya. Sayangnya, air terjun buatan tersebut susah dipindahkan bila suatu saat si empunya rumah atau kantor akan pindah tempat.
Pengalaman seperti itu pernah dirasakan oleh satu keluarga sahabat Rita Aprianti. Ceritanya, sang teman yang akan pindah rumah enggan meninggalkan landscape air terjun di taman rumahnya. “Mau ditinggal sayang. Kalau dibawa juga susah, pasti harus dihancurkan dulu karena sudah permanen,” kisah Rita, pemilik usaha Curug Gentong kepada DUIT!
Kesusahan sang teman membawa landscape air terjunnya tadi, ternyata menjadi berkah buat Rita. Dia mengaku justru menemukan ide bagaimana supaya landscape air terjun buatan bisa dibawa kemanapun kita mau tanpa harus membongkarnya dulu.
“Ide itu saya utarakan ke suami, Rery Endrico yang kebetulan punya bakat sebagai seniman. Kami kemudian mewujudkannya dalam bentuk landscape taman mini plus air terjunnya di dalam wadah terbuka berbentuk mangkuk gerabah dan mangkuk pot bunga,” papar Rita yang pada tahun 2003 memulai usaha dengan modal Rp5 juta.
Dari wadah terbuka, Rita dan suami kemudian mencoba membuatnya dalam wadah gentong yang dibelinya dari penjual tanaman. Gentong yang masih utuh kemudian satu sisi badannya dilubangi dengan alat khusus. Di dalam gentong itulah, Rico membuat landscape air terjun lengkap dengan tanaman plastik dan aksesoris lainnya. Untuk mengalirkan air terjun, Rico memakai mesin sirkulasi air. Keduanya lalu sepakat, produk tersebut menjadi trademark dan nama usaha mereka, “Curug Gentong.”
“Curug dalam bahasa Sunda itu berarti air terjun. Gentong jadi mediannya. Jadi, curug gentong berarti air terjun dalam gentong. Kami memang ingin menghadirkan suara gemericik air dalam rumah, untuk menenangkan batin pemiliknya,” kata Rita yang sebelum membuka usaha Curug Gentong sempat berjualan busana muslim dan kebutuhan rumah tangga.
Pada saat yang sama (2003) Pemkot Depok membuat pengumuman di beberapa media bahwa usaha rumahan yang berada di wilayah Depok bisa mendaftarkan usahanya ke Pemkot. Rita tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Meski produknya masih bisa dihitung dengan jari, dia tetap mendaftarkan usaha dan produknya ke kantor Pemkot Depok. “Saya ingat waktu itu mereka bilang, oh ini produk baru dan unik, oke silakan didaftarkan,” kenang ibu dua anak yang sudah menginjak remaja ini.
Tak hanya terdaftar sebagai usaha rumahan, Curug Gentong juga dimasukan sebagai mitra binaan Pemkot Depok. Bahkan, Pemkot membantu Rita untuk melegalisasi (mempatenkan) produknya. Sebagai mitra binaan, Curug Gentong diikutsertakan ke berbagai pameran yang difasilitasi Pemkot.
Dari situlah nama Curug Gentong mulai terdengar khalayak. “Tapi pesanan pertama justru datang dari teman-teman pengajian. Yang lain-lain mulai menyusul, seperti pesanan dari Dinas Koperasi dan UKM Depok 10 buah untuk kantor-kantor di Pemkot Depok,” jelas Rita.

Produknya Melanglang Buana
Ketika pesanan mulai banyak, Rita pun mulai menambah karyawan. Saat ini Rita mempekerjakan tiga orang karyawan di luar suaminya yang rela melepaskan status karyawan di perusahaan swasta dan kini bahu membahu bersama sang istri sebagai wiraswasta.
Pameran kecil dan besar juga diikutinya, seperti pameran yang diadakan Dekranasda Depok, Smes’co, Indonesia Expo, ICRA dan Inacraft. Bahkan, beberapa media menyambangi rumahnya untuk meliput usahanya. Hal ini membuat produknya makin dikenal. Beberapa selebritis seperti Tukul dan Mila Karmila adalah beberapa selebritis yang mengoleksi produk Curug Gentong. Sebagian produknya juga sudah melanglang buana ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, New Zealand, Filipina dan Jepang. Para pembeli asing ini sebagian membelinya ketika pameran dan sebagian lagi lewat orang lain.
“Kami memang menyasar pasar menengah atas,” ujar Rita yang mematok harga mulai dari Rp150 ribu-Rp700 ribu (curug gentong dan media terbuka).
Produk Curug Gentong yang pernah mendapat penghargaan dari pemkot Depok dan Juara III Kreatifitas Terbaik se-Jabar (2006) ini, jelas Rita, kini lebih banyak mengerjakan produk pesanan. Dalam sebulan, Curug Gentong bisa memproduksi sebanyak 50 item per bulan untuk memenuhi pesanan dari berbagai daerah di Indonesia. $ AGUSTAMAN

0 komentar

Posting Komentar