SEKAPUR SIRIH
Bekerja dari pagi sampai petang di kantor? Itu sudah kuno, karena sekarang banyak orang yang mengerjakan bisnis cukup dari rumah tanpa harus repot-repot menembus kemacetan lalu lintas ke kantor. Cukup dengan seperangkat komputer, secangkir kopi dan segudang keahlian, Anda bisa menjadi juragan tanpa kantor.
: : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : : BISNIS RUMAHAN : :

Bisnis Rumahan

Kecap Gurih Buatan Ibu Mami

Diposting oleh Agustaman | 15.59 | | 11 komentar »

(Tulisan ini pernah saya tulis di profil Liputan Utama majalah DUIT edisi 7/I/NOVEMBER 2006

Di awal usahanya produksi kecapnya cukup pesat karena dikembangkan dengan cara bagi hasil. Formula produknya pernah mau dibeli perusahaan consumer goods multinasional seharga Rp1 miliar..

Di samping rumah yang cukup sejuk itu, tiga orang perempuan nampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dua orang sibuk memasukan kedelai yang sudah dicuci dan direbus ke dalam tong besar, satu orang lagi sibuk membersihkan puluhan botol dengan air panas. Kedelai itu kemudian digiling untuk mendapatkan sari kedelainya, yang merupakan bahan baku utama pembuatan kecap. Sedangkan botol-botol berukuran 625 ml yang dibeli dari pemasok nantinya dipakai untuk wadah kecap yang sudah jadi.

“Saat ini kami masih memakai botol beling ini. Tapi nantinya kami akan pakai kemasan sachet plastik isi ulang karena lebih hemat dan gampang mencarinya,” papar Mami Suyatmi, si pemilik merek dan produsen Kecap Cap Ibu kepada DUIT! di rumahnya kawasan Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.

Perempuan berusia 69 tahun ini sudah lebih dari lima tahun menekuni bisnis pembuatan kecap manis yang labelnya memakai foto dirinya. Sempat jatuh bangun dalam usahanya, namun dia masih eksis menekuni pembuatan penambah aroma masakan itu sampai sekarang.

Mami bercerita, pembuatan kecapnya secara tak sengaja. Dimulai ketika keluarganya pindah dari Surabaya ke Depok, Jawa Barat, selepas pensiun sebagai PNS di Departemen Kesehatan. “Waktu itu saya lihat banyak penjual bakso, nasi goreng, mie ayam yang lewat depan rumah selalu memakai kecap untuk menambah rasa makanan. Tapi di lidah saya, kecap yang disuguhkan rasanya kurang gurih. Makanya saya bikin sendiri kecap di rumah yang resepnya dapat dari orang tua saya,” ujar ibu tiga anak dan nenek dua cucu ini.

Para tetangga yang kebetulan mencicipi kecap buatan Mami banyak yang pesan dibuatkan lagi. Dari situ muncul ide untuk memasarkan produk kecap buatan Mami. Kebetulan, putra sulungnya, Wisnu Gardjito yang alumnus IPB tahu banyak soal proses produksi makanan dan pemasaran. Maklumlah, Wisnu sendiri ketika itu dipercaya oleh sebuah badan PBB (UNIDO) sebagai manajer proyek untuk program pembangunan Indonesia Timur. Sedangkan Mami pernah mengambil kursus Diploma Pengawetan Makanan. Klop sudah. Tahun 1998 mereka lalu mengusung nama UD Sumber Rejeki untuk memulai usaha.

Namun, untuk mengembangkan produk secara massal Mami terbentur modal. Menurut Wisnu, dari situlah muncul ide untuk mengembangkan produk itu dengan menggandeng mitra. Mitra pertama yang diajak kerjasama adalah para perajin yang tergabung dalam Koperasi Tahu Tempe di Kerawang, Jawa Barat. “Awalnya kami mengajari 2 orang anggota koperasi tadi untuk membuat kecap. Setelah mahir, barulah mereka mengajari ke anggota lainnya dan mulai membikin kecap sebanyak 2000 botol. Modalnya Rp50 juta yang berasal dari mereka sendiri. Kami yang membantu memasarkan. Waktu itu kesepakatannya, prosentase pembagian 80 persen untuk mereka dan 20 persen untuk kami,” jelas Wisnu.

Kemitraan itu berlanjut ke kelompok UKM lain mulai dari Pekalongan, Bekasi, Bandung, Tangerang, Palembang dan Batam. Sayangnya, kemitraan ini tak semuanya berjalan mulus. Penyebabnya, karena Wisnu yang kebagian membina mitra harus memfokuskan pekerjaanya di badan PBB tadi. Ditambah lagi, mitra pertama di Kerawang juga tak berjalan lama akibat kekisruhan pengurus koperasinya. Alhasil pembagian 80%: 20% juga tidak jalan.

Situasi itu tak membuat Mami menutup usaha. Dengan modal sendiri dia tetap menjalankan usahanya. Awalnya ada sekitar 20-an orang karyawan. Tapi belakangan menyusut hanya tinggal tiga orang karena keterbatasan modal. Meski begitu, produknya tetap banyak yang mencari, terutama orang-orang yang bermukim sekitar Depok, Jakarta dan sebagian di Bandung. Mami sendiri enggan menaruh produknya di supermarket atau pasar swalayan karena pembayarannya dinilai terlalu lama.

“Saat ini produksi kami cuman 30 kardus per bulan berisi 12 botol besar per dus dan untuk botol kecil berisi 30 buah. Dulu bisa 1000 botol sehari,” papar perempuan asli Surabaya yang mematok harga kecapnya Rp10.000 atau Rp12.500 untuk agen (botol besar) dan Rp3.000 (botol kecil).


Menolak Menjual Formula

Kelezatan kecap Cap Ibu buatan ibunya, aku Wisnu memang tak kalah kualitasnya dibanding pabrikan. Selain dihasilkan murni dari sari kedelai (buatan pabrik biasanya pakai tetes tebu), kecap Cap Ibu juga menggunakan gula jawa karena proses karamelisasinya bagus dan hasilnya lebih harum. Ditambah bumbu alami seperti rempah dan campuran peka serta tanpa bahan pengawet, MSG, pengental serta pewarna, menjadikan kecap Cap Ibu bisa tahan sampai satu tahun lebih.

“Karena itulah segmen pasar kami ini premium, menengah atas yang umumnya menghargai produk-produk berkualitas,” ujar Wisnu yang setelah masa tugasnya berakhir di badan PBB kini sibuk menjadi dosen tak tetap di UI.

Wisnu mengaku, kelezatan kecap Cap Ibu juga sempat membuat perusahaan multinasional di bidang consumer goods kesengsem. Perusahaan itu bahkan berniat membeli formula senilai Rp1 miliar. “Waktu itu kita nolak karena secara hitung-hitungan kalau senilai Rp1 miliar maka untung Rp1.000 per botol besar hanya mencakup 1 juta orang saja. Padahal, penduduk Jakarta saja sudah lebih dari 10 juta. Kalau satu tahun tiap orang membeli satu botol saja, seharusnya nilainya lebih dari Rp10 miliar. Tapi, diluar itu, kesulitan sebenarnya karena kita terkendala agunan ketika mau mengembangkan usaha ini,” ucap Wisnu lagi.

Makanya, Wisnu berharap selain dari bantuan pemerintah dan swasta dalam soal permodalan, produk kecap buatan ibunya masih bisa dikembangkan dengan sistem kemitraan seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.

Kini, disela-sela memproduksi kecapnya, Mami Suyatmi masih sempat menekuni bisnis kue kering. “Jadi kalau stok kecap masih cukup, saya suruh anak-anak (karyawan) bantu bikin kue. Lumayan sih pesanan dari mana-mana, apalagi menjelang Lebaran. Yah, pokoknya bisa memberi sangu (ongkos) anak-anak ini kalau pulang kampung,” tutur nenek yang masih enerjik ini. $ AGUSTAMAN

11 komentar

  1. dewi-rainbow // 12 September 2008 pukul 19.07  

    Salam kenal,
    Artikel kamu menarik.
    Senang sekali yach, menurut saya : Ibu kamu hebat.
    Terus berusaha ya...semoga sukses.

  2. wahyu nurdiyanto // 7 Agustus 2010 pukul 00.12  

    tulisannya manis, semanis kecap manis

    salam kenal

  3. ucup // 3 Januari 2013 pukul 15.29  

    Saat ini usaha kecapnya apakah masih lancar?
    kalau masih berjalan lancar, saya mau untuk dilatih dan menjadi mitranya

  4. Unknown // 11 Juni 2013 pukul 12.45  

    Saya dah mencicipi kecapnya memang enak. Yang diperlukan adalah orang yang menyukai bisnis bidang ini dengan suka kemungkinan ia akan sanggup hadapi tantangannya.

  5. Unknown // 5 September 2013 pukul 23.06  

    kalau perlu gula merah kualitas bagus dapat hubungi kami di 0817800828

  6. ozone // 9 September 2013 pukul 16.19  

    alamat lengkap pabriknya dmana ya mas??

  7. Gula kelapa // 3 Februari 2015 pukul 20.09  

    bisa beli samplenya tdk ya, krn sy tertarik dg bisnis kecap dr UD. Sumber Rejeki, mungkin sy bisa jadi suplaiyer di wilayah saya purworejo, kl bs beli samplenya tlg hub saya ke 085292310174

  8. souvenir party // 16 Desember 2015 pukul 11.22  

    Saya mau tawarin gula merah buat bahan bikin kecap ,kalo minat info ya 08561831525

  9. souvenir party // 16 Desember 2015 pukul 11.22  

    Saya mau tawarin gula merah buat bahan bikin kecap ,kalo minat info ya 08561831525

  10. Unknown // 21 Maret 2017 pukul 13.08  

    Kalau perlu bubuk kedelai organik kelas premium hubungi saya ya bang.? TLP/WA 0812.1000.1359

  11. Unknown // 5 April 2017 pukul 10.23  

    Selamat pagi.
    Saya dari pihak supplier gula tetes tebu, ingin menawarkan beberapa produk untuk perkembangan usaha bisnis anda dibidang industri pembuatan kecap dll. Produk yang saya tawarkan dapat dipesan dalam jumblah banyak dengan kualitas yang sesuai standar produksi pabrik.. Mohon kiranya anda pertimbangkan penawaran saya. Untuk informasi harga dan selanjutnya dapat hubungi nomer ini 089688034191 An. Sukarya
    Terimakasih.

Posting Komentar